Hello guys!
Akhirnya setelah lama semedi, menunggu dan juga curi-curi waktu (di kantor, sorry boss.) Akhirnya selesai juga tulisan saya mengenai part 3 LPDP ini. Semua sudah tidak asing dengan “Seleksi Substansi”.
Seleksi Substansi adalah test terakhir sebelum peserta dinyatakan menjadi calon penerima beasiswa. Seleksi Substansi ini terdiri dari 3 macam tes yaitu : Leaderless Group Discussion, Essay on the Spot dan juga Wawancara (Interview).
Long story short, pengumuman seleksi online assessment adalah 22 Agustus 2017. Jadi, saya memiliki waktu sekitar 3 minggu untuk persiapan. Kenapa 3 minggu? Karena jadwal seleksi substansi ditulis mulai 12 September hingga 8 Oktober. Jadi, kesimpulannya adalah waktu saya adalah di tengah-tengah itu. Oh well, ditambah lagi seorang teman dekat saya menikah diantara tanggal itu. Hhhhhhhhh, saya mencoba untuk tetap fokus dengan persiapan dan juga tetap hadir di acara teman saya (yang ternyata H-2 tes). But, I missed the photo sesh! (fail bridesmaid).
Saya coba mengurutkan dari persiapan awal ya. Saya akan membagi menjadi beberapa bagian untuk setiap sesinya.
ESSAY ON THE SPOT
Essay on the spot adalah kegiatan di mana kita diberikan beberapa tema yang kekinian. Why is that? To check up on you, is that you aware enough? Dan saya menyetujui bahwa ini benar adanya.
Essay on the spot yang umumnya tidak terlalu diperhatikan oleh banyak orang. Karena, lah kan essay doang ya? Tetapi, it is more than just that. Perlu sekali tips and trick untuk sukses di Essay On The Spot.
Essay on the spot (khususnya magister LN) hampir sama dengan writing task 2 di IELTS. Kalau belum ambil IELTS? Tenang, intinya Essay on the spot terdiri dari 3 struktur yaitu : pembukaan (introductory paragraph), isi (body – yang baiknya dibagi menjadi 3 paragraf) dan kesimpulan (conclusion). Untuk introductory dan conclusion usahakan terdiri dari 3 kalimat saja namun berisi padat dan jelas ya.
Topik yang saya dapatkan ketika mengikuti essay on the spot adalah mengenai kemerdekaan dan swa swa bagi bangsa Indonesia. Sangat related dengan kondisi Indonesia saat ini. Namun, di beberapa daerah teman saya mendapatkan topik yang berkaitan dengan berita yang beredar saat ini.
Berikut list topik berita yang saya asumsikan keluar ketika hendak mengikuti tes tersebut :
- Sites hacked after Indonesia flag gaffe
- Mass dance breaks records
- Messaging app to block terror channels
- Full day school
- Capital city moving
- Hak angket DPR
- Pembangkit listrik 35 ribu
- UN dalam bentuk essay
- Perpu pembubaran ormas
- Reshuffle cabinet
- Revisi UU anti terorisme
- Penolakan Trump atas Paris Accord
- ISIS Teror
- Qatar Conflict
- Net neutrality
- Zonasi penerimaan siswa baru
- Reklamasi
- Tunnel used in Bali jail escape
- First Travel
- Novel Baswedan
- Bahaya menggesek kartu debit atau kredit dua kali.
- Terusan Kra
- Cyberbullying
- Pernikahan Dini
- Penyalahgunaan Trotoar
- Kesehatan Jiwa
- Pelarangan Iklan Rokok
- Impor Garam
- Dana Haji untuk Infrastruktur
- Pendidikan Indonesia
- Pendidikan Vokasi
- Hutang Indonesia
- Anomali Satelit Telkom 1
- Freeport jual 51% saham
- Nyonya Meneer pailit
- Kereta cepat Jakarta – Surabaya
- Saracen
- Garuda merugi
- Imunisasi campak dan rubella
- Low carbon on emission vehicle
- Court woman on Yogyakarta
- Krisis Rohingya
- Bom hydrogen korea utara
- Tax amnesty
Setelah menentukan topik berita yang akan keluar saya berusaha membuat poin dari berita tersebut, minimal ada 3 hal yang dapat disimpulkan dari berita tersebut dan di breakdown seperti berikut :
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3
According to the link above, what can I conclude are :
- The idea of moving the capital city was initiate by our founding father, Soekarno. Because of Jakarta as the capital city was chosen by the Dutch
- Jakarta structure is in crisis, to prevent it is from sinking we need to build $40 billion dollar waterfront city project
- Jakarta has too many population that according to Castrol’s star-stop index was the worst traffic ever in the world.
- According to Bappenas, they still on survey and planning to appoint Palangkaraya as the new capital city. They plan to start in 2018-2019.
Dari cara itu, saya bisa mendapat gambaran dan ketika pertama kali menerima topik dari panitia, saya membuat kerangka lalu setelah itu menulis essaynya.
LEADERLESS GROUP DISCUSSION
Meskipun judulnya cukup menarik, tapi ini menjadi masalah buat saya. Saya ini 0 besar kalau disuruh ngomong bahasa Inggris. Kalau temen saya bilang, saya selalu ha ho ha ho kalau ngomong bahasa Inggris. Terbukti ketika saya rajin practice test dengan teman saya, saya seringkali blank dan bilang “apaan sih bahasa inggrisnya gue lupa” tapi dengan daily practice dan kegigihan diri, Alhamdulillah semua itu bisa teratasi.
Leaderless Group Discussion adalah diskusi tanpa pemimpin, sesuai namanya. Tidak ada yang berperan sebagai pemimpin diskusi. Diskusi dibuka dengan orang pertama yang memberikan overview sedikit dan dilanjutkan dengan menyampaikan pendapat mengenai topik yang diberikan. Kita pun dapat menjadi apapun, maksudnya, dalam diskusi tersebut kita berpandangan sebagai A, B, C. Misalkan, teman saya berpengalaman tes LGD dan di kertasnya ditulis “Pandangan anda sebagai Engineer” namun di lokasi tes saya, saya tidak mengalami seperti itu. Topik LGD pun cukup beragam, sama seperti topic EOTS, semuanya kekinian. Harus update baca berita. Saran yang ampuh adalah membaca koran-koran berbahasa Inggris seperti The Jakarta Post. Banyak kosa kata yang didapatkan sehingga membantu untuk kelancaran berbicara. Untuk leaderless group discussion tips, tetap tenang. Ketika topik diberikan, kamu mempunyai waktu 1-2 menit untuk menulis poin-poin yang akan kamu sampaikan. Setuju atau tidak setuju dengan pendapat dari topik tersebut.
Ketika saya mengikuti Leaderless Group Discussion, saya mendapatkan topik mengenai Kampanye Internet Sehat dan pandangan sebagai pegawai Kominfo untuk mensosialisasikan program tersebut. Disitu saya hanya ber – 6, literally ber 6 yang seharus diskusi diikuti oleh 10 orang. Maka, diskusi yang umumnya hanya mendapat giliran 2 kali per orang di kelompok saya ada yang sampai 4 kali giliran berbicara dalam waktu 30 menit. Ini tantangan berat, full English. Disini saya berlatih hampir setiap malam dengan partner saya Maria Putri Rosari dan Rizka Febrinawati (saat tulisan ini dikeluarkan, mereka berdua adalah awardee LPDP). Literally sehabis pulang kerja, saya pasti latihan dan membahas topic yang sudah ditentukan. Hasilnya, mayan cas cis cus tapi tetep ble’e dikit lah. Untuk LGD, topic yang saya siapkan adalah sebagai berikut (thanks to grup telegram penyelamat hidupq)
INTERVIEW
JENG JENG JENG…..
Udah kebayang belum segimana deg-degannya saya waktu mau test?
Saking deg-degannya, minta doa restu ke orangtuapun harus via Whatsapp. Takut baper.
Sekedar info nggak penting, saya demam. Saya nggak bisa tidur. Sang bebeb yang jauh pun jadi sasaran. Ditelfon jam 4 pagi dan diangkat jam 5. Nangis 5 menit. Wkwkwkw drama banget yaaa.
Padahal malam sebelumnya setelah stress, doi juga bilang “Never cease to make me proud” Ajegile.
Okay, interview atau wawancara adalah porsi terbesar dari keseluruhan seleksi substansi ini. Mengapa demikian? Karena seperti apapun kemampuan kita menulis dan berbicara, terpenting adalah melihat diri kita (plis jangan sebel, tapi me nggak wah banget kok).
Wawancara saya dijadwalkan pada hari Rabu, 20 September 2017 pukul 09.30 pagi. Sebelumnya diawali dengan verifikasi dokumen pukul 08.30 pagi. Wawancara sendiri umumnya diisi oleh berbagai macam pengalaman yang super beranekaragam. List pertanyaan yang didapat dari blog kiky Edward (panutan sebagian besar peserta LPDP) ini sangat membantu dan membuat lebih siap aja gitu. Pertanyaan bisa diunduh disini (ini dari kak Kiky Edward punya)
Pengalaman saya, interview yang saya alami adalah 20 menit. Ini gila sih, pertamanya saya mikir “ini interviewernya sebel ya liat saya?” dan “Ih apa saya nggak menarik ya?” atau “Saya kegendutan kayanya” Loh hahahaha nggak nyambung, pin.
FYI, interviewer itu umumnya terdiri dari 3 orang yang komposisinya terdiri dari dua praktisi atau dosen bisa juga, atau juga praktisi dan dosen ditambah dengan satu orang psikolog. Jadi, benar benar mendetail sekali umumnya interviewer menanyakan hal-hal yang menyangkut perkuliahan kita kedepannya. Alhamdulillah, selama 20 menit saya juga mendapat pertanyaan yang sangat umum dan tidak aneh-aneh (kayak, kapan bakal nikah? Saya bakal jawab “Ya nanti kalau si bebeb juga udah dapet LPDP baru saya nikah terus ikut dia kali ya pak.. bu..” Buset.)
Jadi, pertanyaan yang dilontarkan ke saya adalah seputar pertanyaan yang terkait dengan studi. Yang akan saya lakukan, rencana setelah lulus, kegiatan organisasi selama kuliah, dan juga plan kalian ketika gagal. Saya sempat shooooooooock berat ketika ditanya “Kalau misalkan kamu gagal, apa yang mau kamu lakukan.” Dengan berat saya menjawab “Saya mau bunuh diri aja Saya mempunyai impian untuk belajar ya maka saya harus kejar terus, ikut LPDP lagi, daftar beasiswa lain, pokoknya sampai saya dapet pak.”
Selesai wawancara, hati rasanya lega banget. Tapi was-was, ketar-ketir. Banyak berdoa dan tapi juga dilupakan untuk sesaat. Meeeeen! Masih sebulan lagi pengumumannya. Harus gimana ya?
Selama sebulan dibawa santai deh segala hal hingga hari pengumuman itu datang juga. 20 Oktober 2017. Mau tau kelanjutannya?
Cek post selanjutnya ya.
With love,
Finda.
(tulisan ini dibuat ketika sedang laper menunggu go-food gratisan dan juga ditodong customer – 16 November 2017)